Rabu, 15 Desember 2010

Menjaga Prasangka

Adakah peristiwa yang berlangsung lebih dari sepuluh tahun lalu dan masih senantiasa membekas di benak anda? Bisa ya bisa pula tidak :) Bagi saya, ada suatu kisah yang masih membekas karena hikmahnya ternyata belum begitu lama mampu benar-benar saya pahami…

Alkisah, saya sedang menonton pawai tujuh belasan waktu itu. Lokasinya di dekat perlintasan kereta api, sebuah pertigaan, yang salah satu arahnya adalah arah menuju RSUD Wates. Penonton yang berjubel otomatis menutup jalan utama yang menuju rumah sakit tersebut. Di tengah ramainya suasana, sebuah mini van berusaha menyeruak kerumunan. Karuan saja pak polisi bertindak dan terjadilah suatu dialog dengan sang pengemudi mobil. Karena posisi saya cukup jauh untuk mendengarkan, jadilah saya hanya menilai alangkah ngaconya mobil yang hendak meminta jalan tersebut. Namun sejurus kemudian saya juga terkejut melihat seorang wanita yang duduk di sebelah pengemudi mobil itu. Di tangannya tampak seorang anak yang rapat terbalut kain dan direngkuh dengan gemetaran sepertinya. Ketika lebih jelas saya amati pun, raut kedua orang tersebut tampak cemas dan terburu-buru. Tak berapa lama, mobil tersebut dibiarkan lewat dan meluncur cepat ke arah rumah sakit.

Jika anda menjadi saya, samakah yang kita pikirkan?! :) Awalnya saya juga kesal melihat mobil tersebut yang mengganggu kemeriahan pawai, tapi tak butuh berapa lama saya sadar saya keliru. Tentulah ada alasan ‘besar’ mengapa mobil tersebut memberanikan diri menembus kerumunan, dan ternyata—sepenangkapan saya—ada anak yang sedang sakit di dalamnya. Masih kesalkah saya kemudian?! Tidak ternyata, saya mengerti, orang tersebut punya alasan, dan alasannya penting :)

Bertahun-tahun kemudian saya baru benar-benar bisa memahami hikmah endapan ingatan tersebut, tak lain adalah tentang prasangka. Mudah ya untuk merasa kesal dan marah pada mobil tersebut, dan bisa jadi saya juga tidak tertarik mengapa mobil itu berusaha menyeruak kerumunan, pokoknya ngeselin, titik. ;D Tapi, ketika saya sedikit menajamkan mata dan mengamati, oh..ternyata ada anak yang sakit di dalamnya. Oh..kasihan ya kalo gak boleh lewat. Oh..keliatannya sang bapak dan sang ibu itu begitu cemas. Dan akhirnya, tak apalah minggir sejenak…

Prasangka, sebagian besarnya adalah menggiring pada dosa. Bisa dipahami dari peristiwa di atas, yaitu akan lebih mudah mengira tentang keburukan daripada kebaikan,he3. Tapi ketika kita mampu ‘memaksa’ pemikiran kita untuk lebih terbuka dan mengamati—tidak hanya sekedar melihat—maka akan lahir pemahaman baru yang bisa jadi berbeda. Pemahaman yang bernama p e n g e r t i a n :)

Sekilas dapat juga kita tengok peringatan Allah tentang bahayanya prasangka. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.  Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.  Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Hujurât:12)

Buat saya, berprasangka itu melelahkan, itu yang jelas. Karena seperti jabaran hukum tarik menarik dalam buku The Secret. Pemikiran akan menarik hal-hal lain yang senada dengannya. Dengan demikian, pemikiran negatif a.k.a prasangka itu akan menarik lebih banyak lagi hal negatif lainnya. Sebagaimana sebaliknya, setiap pemikiran positif juga akan menghadirkan lagi lebih banyak hal positif dalam diri kita. Jadi, jika demikian, mulai sekarang mari kita perbaiki akhlaq kita semua. Dimulai dengan berprasangka baik terhadap orang lain. Kita akan berkumpul dengan orang-orang baik dan insya Allah kita akan tertular menjadi orang yang baik. Sederhana saja kan, insyaAllah :)

Daripada melelahkan diri dengan berkesal-kesal dengan orang lain, pindah arah pandangan yuuk… insyaAllah ada alasan di balik setiap tindakan. Dengan membiasakan diri berpikir demikian, insyaAllah pikiran juga akan lebih tenang, dan pada kelanjutannya kita akan bisa merasa lebih nyaman dengan segalanya. InsyaAllah juga, segala persoalan akan teratasi jika diawali dengan pemikiran yang tenang dan nyaman :)


Ps: Ketika disalip mobil yang ugal-ugalan di jalan misalnya, daripada mengumpat atau bahkan sekedar melotot, saya lebih suka berpikir begini, “Uups, jangan-jangan lagi bawa orang mau lairan tuh mobil,” dan lenyap sudah kekesalan, berganti cengiran sepanjang jalan (yang tertutup slayer tentunya ;D)

2 komentar:

  1. selalu positif tinking

    kunjung balik ya?

    http://faiz08.wordpress.com

    BalasHapus
  2. Okeh, siap laksanakan :)

    Sudah berkunjung balik juga, tapi afwan saya kesulitan ninggal jejak :(
    Terima kasih sudah berkunjung ya...

    BalasHapus

Powered By Blogger